Penyebab Preeklampsia
Untuk menghindari preeklampsia pada ibu hamil, Moms harus tahu terlebih dahulu apa sih sebenarnya penyebab preeklampsia. Mengapa preeklampsia bisa terjadi pada ibu hamil? Karena sebenarnya, preeklampsia tidak hanya disebabkan karena hipertensi. Ada penyebab lain yang bisa menyebabkan preeklampsia kehamilan. Apa saja?
Sebenarnya penyebab utama terjadinya preeklampsia pada kehamilan belum diketahui jelas, namun beberapa ahli percaya bahwa preeklampsia terjadi karena adanya kelainan pada plasenta saat hamil. Pada wanita dengan preeklamsia, pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah plasenta mengalami gangguan. Pembuluh darah menjadi lebih sempit dari yang seharusnya, serta melakukan reaksi berbeda terhadap rangsangan hormon.
Kondisi ini akan diperparah dengan beberapa faktor, antara lain:
- Kehamilan pertama.
- Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
- Kekurangan nutrisi.
- Sedang menderita beberapa penyakit tertentu, seperti sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal.
- Mengandung lebih dari satu janin.
- Bayi pada kehamilan saat ini memiliki ayah yang berbeda dengan kehamilan sebelumnya.
- Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya.
- Hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas usia 40 tahun.
- Obesitas saat hamil dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih.
- Memiliki keluarga dengan riwayat preeklamsia.
Gejala Preeklampsia
Untuk menghindari preeklampsia, yuk Moms kenali gejala preeklampsia pada kehamilan. Mengetahui gejala penting lho, Moms. Karena dengan begitu Moms bisa menanganinya lebih dini. Apa saja gejala preeklampsia pada kehamilan?
- Sesak napas akibat cairan di paru-paru
- Sakit kepala parah.
- Berkurangnya volume urine.
- Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilang secara sementara, menjadi kabur, atau sensitif terhadap cahaya.
- Mual dan muntah.
- Rasa nyeri pada perut bagian atas (biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan).
- Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria).
- Gangguan fungsi hati.
- Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah, dan tangan.
- Menurunnya jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia).
Sebenarnya gejala preeklampsia pada kehamilan tidak hanya seperti yang disebutkan di atas. Melambatnya pertumbuhan janin juga merupakan salah satu tanda Moms mengalami preeklampsia. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan darah ke plasenta, sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
Pencegahan Preeklampsia
Sebenarnya hanya proses kelahiranlah yang bisa menyembuhkan preeklamsia. Jika preeklamsia muncul ketika usia janin belum cukup untuk dilahirkan, dokter kandungan akan memonitor kondisi tubuh penderita dan bayi dengan seksama, hingga usia bayi sudah cukup untuk dilahirkan.
Preeklamsia muncul ketika usia janin sudah cukup untuk dilahirkan, biasanya dokter akan menyarankan tindakan induksi atau bedah caesar untuk mengeluarkan bayi sesegera mungkin. Langkah ini diambil agar preeklamsia tidak berkembang menjadi lebih parah. Namun untuk langkah awal pada preeklampsia di usia kehamilan 12 minggu, biasanya dokter akan memberikan aspirin dengan dosis rendah.
Obat-obatan yang biasanya diberikan pada wanita hamil yang menderita preeklamsia adalah:
- Antihipertensi. Dokter akan meresepkan obat penurun tekanan darah yang aman bagi janin dan ibunya.
- Kortikosteroid. Paru-paru janin bisa berkembang lebih cepat dalam waktu singkat dengan bantuan obat ini. Selain itu, kortikosteroid juga dapat meningkatkan kinerja liver dan trombosit, sehingga kehamilan dapat dipertahankan lebih lama
- Antikejang. Dokter bisa saja meresepkan obat antikejang jika preeklamsia yang diderita cukup parah, agar terhindar dari munculnya kejang.