- Stres fisik. Bisa dipicu oleh kelelahan akibat beraktivitas terlalu berat. Tak hanya itu, stres fisik juga dapat disebabkan oleh kesalahan pola diet dan olahraga.
- Stres emosional. Dipicu oleh masalah keluarga, ekonomi, sosial.
1. Perut Buncit
Hormon kortisol pada kadar yang normal memiliki peran yang baik dalam metabolisme yaitu mengubah gula dan lemak menjadi energi. Namun pada saat kadarnya meningkat, metabolisme tubuh pun menjadi terhambat. Salah satu tanda paling umum adalah bertumpuknya lemak perut dibagian bawah. Biasanya masalah ini kerap kali dialami oleh wanita. Jika terus dibiarkan, pembakaran lemak dibagian tubuh lainnya pun tidak dapat berjalan dengan baik.
2. Pundak Berpunuk
Tak hanya perut buncit dan bergelambir, hormon kortisol meningkat juga dapat ditandai dengan adanya tumpukan lemak di leher bagian belakang atau pundak. Jika sudah parah, hal ini bisa membuat postur tubuh seseorang menjadi tidak proporsional dan terlihat bungkuk. Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari anak kecil, remaja, pria dan wanita dewasa hingga lansia.
3. Sulit Membentuk Otot
Peningkatan hormon kortisol dapat mempengaruhi pembentukan otot terutama bagi Moms yang sedang melakukan program penurunan berat badan maupun bulking. Hal ini disebabkan karena penyimpanan lemak menjadi lebih banyak yang dapat mengurangi massa otot seseorang.
4. Insomnia
Masalah yang paling dirasakan saat hormon kortisol meningkat adalah sulit tidur atau insomnia. Hal ini disebabkan karena kelenjar adrenalin terus bekerja sehingga akan sulit untuk memejamkan mata. Jika terus dibiarkan, insomnia ini akan terus berlanjut dan memburuk karena saat tubuh tidak memiliki waktu istirahat yang cukup, hormon kortisol semakin banyak diproduksi.
5. Rambut Rontok
Hormon kortisol yang tinggi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, akibatnya rambut menjadi rontok bahkan mengalami pertumbuhan yang lambat. Hal ini disebabkan karena saat stres melanda, sel-sel dalam tubuh lambat laun akan rusak yang akan mempengaruhi pertumbuhan sel baru.