1. Muncul Kecemasan Emosional pada Anak
Anak-anak yang terus menerus melihat orangtuanya bertengkar cenderung tidak stabil dan cemas secara emosional. Pertengkaran yang terus menerus antara orangtua akan menekan rasa aman anak-anak tentang stabilitas keluarga. Anak-anak yang menyaksikan banyak pertengkaran akan takut dan khawatir akan kemungkinan perceraian atau bertanya-tanya kapan keharmonisan keluarga dapat ia rasakan. Hal itu dapat mempersulit mereka untuk memiliki perasaan yang normal dalam keluarga.
2. Memperburuk Hubungan Anak dan Orangtua
Hubungan orang tua dan anak mungkin akan mendapatkan pengaruh paling besar dari pertengkaran ayah dan ibu yang tidak ada habisnya. Situasi konflik tinggi membuat seluruh anggota keluarga menjadi tertekan dan stres. Masing-masing menjadi sulit untuk bisa menghabiskan banyak waktu dengan anak-anak. Selain itu, kualitas hubungan mungkin terpengaruh karena akan sulit bagi orang tua untuk menunjukkan kehangatan dan kasih sayang ketika mereka marah dan kesal dengan pasangannya lainnya.
3. Menurunkan Kinerja Kognitif Anak
Sebuah studi 2013 yang dipublikasikan dalam Child Development menemukan bahwa stres yang dirasakan karena pertengkaran orangtua dapat merusak kinerja kognitif anak. Para peneliti menemukan bahwa ketika orang tua sering bertengkar, anak-anak lebih sulit mengatur perhatian dan emosi mereka. Kemampuan mereka untuk dengan cepat menyelesaikan masalah dan dengan cepat melihat pola dalam informasi baru juga akan menurun.
4. Memicu Masalah Perilaku Buruk Anak
Konflik orangtua yang terus disaksikan anak erat kaitannay dengan peningkatan agresi, kenakalan, dan perilaku bermasalah pada anak-anak. Selain itu, anak-anak lebih cenderung memiliki masalah sosial dan mendapatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya di sekolah. Tidak jarang anak-anak yang orangtuanya sering bertengkar memiliki nilai yang kurang dari rata-rata.
5. Anak Sulit Menjalin Hubungan Baik dengan Orang Lain
Terakhir, menyaksikan secara langsung pertengkaran orangtua dapat meningkatkan kemungkinan anak-anak memperlakukan orang lain dengan permusuhan. Biasanya anak-anak akan memulai pertengkaran saudara dengan pola dan tindakan yang sama seperti bagaimana biasa orangtua lakukan di hadapannya. Mereka mungkin sudah menjadi terbiasa dengan konflik dan permusuhan hingga akhirnya lupa tujuan menjaga keharmonisan dan kasih sayang dalam sebuah hubungan.