Marah atau emosi saat hamil disebabkan oleh beberapa faktor, diataranya perubahan hormon. Selain itu, adanya perubahan metabolisme, rasa lelah akibat sulit tidur, stres, rasa sakit di bagian pinggang, dan masalah lain yang dialami oleh ibu hamil juga dapat memicu emosi yang berlebih.
Sering munculnya rasa ingin marah dan mood yang sering berubah cepat memang wajar dialami oleh ibu hamil. Pasalnya, banyak sekali perubahan yang terjadi saat mulai mengandung, mulai dari perubahan hormonal, fisik, maupun psikologis. Namun, saat timbul rasa ingin marah, Moms perlu lebih hati-hati dan lebih mengontrol diri. Mengapa? Ternyata, kemarahan sang ibu bisa berdampak buruk atau negatif lho terhadap pertumbuban dan perkembangan janin.
Menghambat Aliran Darah dan Oksigen ke Janin
Hormon yang dikeluarkan saat sedang marah dapat mengakibatkan pembuluh darah mengerut dan menyebabkan suplai darah bagi janin terhambat. Minimnya asupan darah dan oksigen dapat menyebabkan terjadinya kegagalan plasenta yang dapat berakibat bayi lahir prematur, berat lahir rendah, serta cacat lahir.
Menghambat Produksi ASI
Saat ibu hamil stres dan marah, maka produksi ASI akan terhambat. ASI yang tidak keluar dapat menyebabkan bayi rewel saat lahir. Hal tersebut juga menyebabkan tumbuh kembang bayi terhambat karena kurangnya produksi ASI.
Dapat Mempengaruhi Sifat dan Perilaku Anak
Sebuah studi menunjukkn bahwa hormon stres yang dihasilkan saat ibu marah dapat diteruskan kepada bayi melalui ASI. Pengaruh tersebut akan berbeda pada setiap bayi, terutama bayi laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, sifat marah ibu dapat diturunkan pada anak nantinya.
Demikian dampak negatif atau dampak buruk sering marah saat sedang hamil. Semoga bermanfaat Moms!