Seperti dilansir HealthDetik, beredar video viral tentang seorang ibu yang memarahi putrinya karena mendapat ranking tiga di sekolah. Ibu dari anak tersebut terlihat emosi dan kerap kali menggunakan nada tinggi dengan terus bertanya mengapa si anak menduduki ranking ketiga. Anak yang disamarkan wajahnya itu terlihat ketakutan.
"Kenapa kamu itu rangking 3? Kenapa bisa?" teriak sang ibu, setelah anaknya menyebutkan daftar nama siswa dan rangkingnya berurutan.
Si anak sempat terdiam. Ketika sang ibu bertanya lagi dengan keras, dia baru menjawab.
"Ibu guru yang kasih," jawab sang anak dengan suara kecil.
Mendengar jawaban polos putrinya, si ibu justru semakin kesal. Ia seperti tidak terima putrinya yang selalu mendapat nilai bagus, hanya berada di urutan ketiga.
Video ini diunggah akun Instagram @komentatorpedas. Banyak netizen yang kesal dengan sikap sang ibu yang menilai kemampuan anaknya dari rangking.
Seperti akun @linayulistiana yang menuliskan komentar, "Ranking 3 karena punya ibu seperti anda!!! Jahatttt bgttttt"
Akun @winalista pun juga mengomentari perbuatan sang ibu dalam video tersebut. "Kasian , takut nya jd depresi . Kejem bngt ibu nya , gaada otak !!"
Bahaya Psikis Menurut Psikolog
Seperti dilansir Haibunda, menurut pendidik dan psikolog Najelaa Shihab, melalui sistem rangking, anak seperti mendapat label dari orang lain. Bukan hanya anak yang mendapat rangking terakhir yang rugi, tapi juga rangking pertama.
"Anak akan mendapatkan pemahaman yang salah tentang kompetisi dan tidak tumbuh semangat kolaborasinya," ujar wanita yang akrab disapa Ela ini.
Menurut Ela, tujuan belajar bukan untuk mengejar rangking, tapi agar anak memahami dan punya kompetensi. Seringkali jika memberikan rangking, tujuan ini menjadi enggak penting.
"Padahal esensinya bukan membandingkan anak dengan yang lain, sampai mengorbankan anak tertentu. Tapi tujuannya agar anak menguasai," pungkas Ela.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Dr Nilam Widyarini, MSi seperti dilansir HealthDetik juga menanggapi video yang tengah viral tersebut.
"Orang tua biasanya sedang ada di kondisi stres, depresi, gangguan kesehatannya sedang terganggu. Yang akhirnya orang tua-nya sendiri itu nggak sadar. Kalau apa yang sedang dia lakukan itu salah, dan malah membuat si anak ini kehilangan rasa amannya," ujarnya.
Nilam menambahkan, kecenderungan orang tua bersikap seperti itu juga terjadi karena beberapa faktor. Misalnya karena orang tuanya sedang mengalami tekanan di pekerjaan, tekanan sosial, bahkan bisa tekanan di keluarga, tetangga, dan lain-lain.
Moms, nilai memang penting. Tapi kejujuran ketika sang anak mengerjakan semua tugas dan ujian sekolahnya adalah termasuk hal penting yang jarang disadari. Tanamkan rasa jujur, maka bukan hanya nilai yang didapat, tapi keberkahan saat menimba ilmu juga pasti diperoleh.