Kehamilan kedua yang saya alami lebih berat dari kehamilan pertama.  Entah karena anak perempuan (konon katanya hamil anak perempuan efeknya ngidam berat) atau karena sambil mengurus Fatih yang berusia di bawah setahun dan tinggal berdua saja si rantau. Saking beratnya masa ngidam yang saya alami, pernah mimisan saat terkena terik matahari.  Tidak hanya itu, saat kelelahan sangat membuat saya pingsan sesaat.

Setiap kehamilan punya ceritanya sendiri yang pasti saya sangat senang dengan kehamilan kedua ini.  Penantian lama bisa punya anak dengan lika liku ikhtiarnya, begitu diberi ditambahkan bonus pula.  Bonus kehamilan berikutnya yang tidak berselang lama dan bahagianya lagi berjenis kelamin perempuan.  Genap sepasang sudah bila telah lahir kelak.



Seperti di kehamilan pertama, kehamilan kedua ini saya jalani dengan suka cita setidaknya di trimester kedua.  Jalan-jalan sambil membawa Fatih, bolak balik Makassar-Bandung, dan menyelesaikan penelitian di laboratorium menjadi kesibukan selama hamil.  Hingga akhirnya memutuskan melahirkan di kampung halaman, Makassar. Pertimbangannya dokter menyarankan lahiran SC dikarenakan jarak kehamilan dengan SC pertama kurang dua tahun. Berbekal surat pengantar dokter, saya pun bisa kembali menggunakan pesawat di usia kehamilan 37 minggu.

Alhamdulillah kelahiran putri pertama kami di tanggal cantik 150515.  Meski berat lahir irit tapi sehat sempurna dan bisa menjalani IMD tanpa halangan berarti.  Dokter yang mengoperasi waktu itu memberi peringatan agar saya berKB  dan menunda kehamilan setidaknya lebih dari dua tahun. Pertimbangannya kondisi rahim saya yang sangat tipis dan berbahaya bila hamil lagi dalam kurung waktu kurang dua tahun.  



Pengalaman SC yang kedua adalah meski sepekan setelah lahiran sudah bisa beraktivitas. Tetapi nyeri bekas SC masih terasa setidaknya dua pekan setelah lahiran.