Hai, Moms ! Untuk moms jaman now yang anaknya sedang atau sudah menjalani masa-masa MPASI (Makanan Pendamping ASI) pasti sudah khatam dong ilmunya mengenai macam-macam Metode MPASI, salah satunya Metode MPASI WHO.

Nah, kalau untuk new moms yang anaknya belum dan akan memasuki tahapan MPASI dan masih bingung sembari browsing-browsing mengenai Metode MPASI apa yang cocok untuk diterapkan pada anaknya, tidak perlu khawatir karena Nitta Story kali ini membahas secara singkat mengenai Panduan Metode MPASI WHO yang saya terapkan pada anak saya, Aruna. Semoga dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat dalam menentukan Metode MPASI untuk anaknya ya !

Sebenarnya MPASI itu sendiri banyak pilihan jenis maupun metodenya, bukan hanya Metode MPASI WHO saja melainkan juga ada Metode MPASI BLW (Baby Lead Weaning) dan Metode MPASI Food Combining. Tentunya setiap metode memiliki kelebihannya masing-masing namun di Indonesia yang direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah Metode MPASI WHO yang dikembangkan berdasarkan penelitian para pakar kesehatan dunia, bahkan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) juga ikut merekomendasikannya.

WHO (World Health Organization) sendiri merupakan sebuah organisasi kesehatan dunia bagian dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Menurut WHO kasus gizi buruk pada bayi terus meningkat setiap tahunnya, untuk itu organisasi ini terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas kesehatan bayi di dunia. Salah satu caranya yaitu dengan membuat Panduan Metode MPASI WHO.

Aruna belajar makan dengan metode ini pada saat usianya genap enam bulan atau tepat ke-180 hari karena menurut petunjuk WHO pada usia ini sistem pencernaan bayi telah berkembang dengan baik sehingga bayi mampu mengolah, mencerna, dan menyerap berbagai jenis makanan selain ASI dan susu formula. Selain sayur dan buah, pada usia ini bayi boleh diberikan makanan yang mengandung protein baik nabati atau hewani, lemak, dan karbohidrat.

Sebelumnya saya melakukan berbagai persiapan untuk memulai Aruna belajar makan, salah satunya dengan membeli berbagai perlengkapan MPASI yang lain waktu akan saya sharing ya, Moms !

Berbeda dengan Metode Food Combining yang baru membolehkan bayi memakan makanan sumber protein pada saat usianya delapan bulan, Metode WHO justru membolehkan bayi memakan makanan sumber protein sejak usianya enam bulan dikarenakan pada usia tersebut ginjal bayi telah berkembang dengan baik sehingga mampu mengeluarkan sisa metabolisme dari bahan pangan tinggi protein seperti daging.

https://hellosehat.com/wp-content/uploads/2017/03/makan-berprotein.jpg

Jadi Moms, supaya tumbuh kembang bayi berjalan dengan baik, sebaiknya berikan menu protein hewani dan nabati sejak memulai MPASI.

Awal mula Aruna belajar makan, saya memberinya Menu Tunggal atau Menu Sebagai Masa Pengenalan terlebih dahulu selama 14 hari. Tujuan dari pengenalan ini adalah untuk mengetahui makanan apa saja yang menjadi pemicu alergi pada Aruna dengan cara memantau reaksinya (sembelit/diare/muntah/ruam) setelah memakan makanan tertentu yang masuk ke dalam Menu Tunggal. Macam-macam Menu Tunggal yang saya berikan untuk Aruna terdiri dari karbohidrat (beras putih, jagung, kentang, dan ubi ungu), protein hewani (ikan, ayam, telur, dan daging), protein nabati (tempe dan tahu), sayur (labu siam, brokoli, wortel, dan bayam), lalu buah (apel, jeruk, alpukat, melon, mangga, semangka, buah naga, dan pepaya).

Contoh Menu Tunggal Aruna :

Setelah Aruna saya berikan Menu Tunggal, berikutnya segera saya lanjutkan dengan memberikan menu lengkap gizi seimbang yang dinamakan Menu 4 Bintang (Menu 4*). Mengapa dinamakan Menu 4* ? Karena menu ini terdiri dari 4 komposisi, yaitu karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayur. Aruna tetap saya berikan buah sebagai menu selingan di antara Menu 4* sebagai menu utamanya.

Dalam Menu 4* ini boleh ditambahkan lemak tambahan, seperti minyak (minyak kedelai, minyak canola, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun), mentega (Merk Anchor, Elle Vire, Orchid, Lurpak, dll), margarin (Merk Blueband, Filma, Palmia, dll), dan santan. Untuk usia di bawah satu tahun diberikan mentega yang tidak mengandung garam (Unsalted Butter). Tujuan pemberian lemak tambahan ini adalah untuk menambah nilai kalori makanan, membantu menaikkan berat badan, sebagai pelarut Vitamin A, D, E, dan K, menambah rasa gurih alami makanan, mencegah sembelit, dan membantu melancarkan pencernaan. Takaran lemak tambahan ini adalah 1/2-1 sdt per porsi Menu 4*. Penyajian lemak tambahan ini tidak melalui proses pemanasan ya, Moms tetapi dicampur langsung ke dalam Menu MPASI.

Contoh Menu 4* Aruna : Karbohidrat (Nasi), Protein Hewani (Dada Ayam Fillet), Protein Nabati (Tofu), dan Sayur (Wortel).

Moms dapat membuat Menu 4* dengan variasi berbeda setiap harinya tetapi ingat ya teksturnya harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Bubur saring usia 6-8 bulan, bubur cincang/nasi lembek/tim padat usia 9-12 bulan, dan menu keluarga usia 12 bulan. Untuk berbagai Resep Menu MPASI sudah banyak di account instagram momtijen-momtijen jaman now atau saya biasa cari di cookpad.com.

Aruna naik tekstur dari bubur saring sampai saat ini menu keluarga juga bertahap ya, Moms ! Awalnya dia ogah-ogahan untuk makan tetapi saya pikir itu wajar karena ia sedang belajar menyesuaikan tekstur baru makanannya, mungkin juga ia jadi merasa kurang nyaman dengan tekstur barunya. Meskipun begitu saya tetap mengajarkan ia naik tekstur secara perlahan hingga ia terbiasa.

Saya juga membuatkan air kaldu dan menambahkan bumbu aromatik untuk MPASI Aruna. Air kaldu ini fungsinya untuk mengatur kekentalan tekstur makanannya. Selain air kaldu, air matang maupun ASIP juga dapat digunakan. Sedangkan bumbu aromatik fungsinya untuk menambah cita rasa makanan dengan wanginya yang harum membuat selera makan jadi bertambah. Contoh air kaldu ada kaldu ayam, kaldu daging, kaldu ikan, dan kaldu jamur. Contoh bumbu aromatik ada bawang merah, bawang putih, bawang bombay, daun salam, daun bawang, daun seledri, sereh, dan lain-lain.

"If you have a child, the child comes first. Not anyone else. Not anything else !"

​​​​Bersambung...