Yeay, Nitta Story kali ini merupakan lanjutan dari Aruna Belajar Makan dengan Metode MPASI WHO (Bagian 1) ya, Moms ! Terima kasih bagi yang sudah membaca...

Berdasarkan Panduan Metode MPASI WHO, saya menghindari gula dan garam untuk ditambahkan ke dalam Menu MPASI Aruna hingga usianya satu tahun, jika usianya sudah di atas satu tahun baru saya tambahkan gula dan garam, itu juga jangan terlalu banyak. Jadi saat usia Aruna 6-12 bulan, 'No Gula dan Garam' untuk menu makanan utama dan selingan.

Tujuannya agar ia dapat mengenali keragaman cita rasa asli makanan, merasakan cita rasa manisnya buah tanpa gula sehingga ia kaya akan cita rasa asli makanan tanpa memilih-milih makanan tertentu yang ingin ia makan alias 'picky eater'. Selain itu tujuannya juga untuk melatih kepekaan syaraf perasa agar nantinya tidak akan ketagihan atau kecanduan makanan manis dan asin. Wah, bahaya nanti kalau terlalu banyak mengkonsumsi gula dan garam akan menyebabkan obesitas, hipertensi, sampai diabetes !

Lagipula ya, Moms gula dan garam juga dapat membebani kerja pankreas dan hati (liver) pada bayi jika diberikan di bawah usia satu tahun.

Mulai usia delapan bulan, Aruna sudah saya kenalkan dengan finger food (makanan yang mudah dipegang oleh tangannya sendiri) namun sepertinya ia kurang tertarik untuk memakannya karena setiap diberikan makanan tersebut malah digunakan untuk mainan, diremas-remas, dilempar-lempar, dicium-cium, hahaha ampuuun ujung-ujungnya saya suapi juga makanannya untuk Aruna sampai habis dengan menggunakan tangan saya sendiri tanpa sendok dan yang jelas cuci tangan dulu sebelum menyuapi anak ya, Moms !

Selain finger food juga saya kenalkan keju dengan kadar garam rendah Merk Prochiz, yoghurt plain, dan tepung-tepungan (mie, bihun, roti, cookies, dll). Usia sembilan bulan saya berikan agar-agar plain dan puding. Usia satu tahun sudah boleh diberikan madu, susu UHT/Pasteurisasi/Fresh Milk, rambutan, coklat, dan lain-lain.

Menu Finger Food Aruna :





Aruna Belajar Makan Kiwi :


Tidak mengapa masih disuapi, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, saya yakin Aruna dapat makan sendiri. Menyuapi juga merupakan cara memberikan makanan pada bayi yang dianjurkan dalam Metode MPASI WHO yang dinamakan Metode Pemberian Makan Aktif Responsif, melalui cara ini ibu menyuapi anak tetapi anak juga dilibatkan secara aktif untuk makan. Jika anak menolak makan, coba dengan mengganti kombinasi makanan, rasa, tekstur, dan cara makan.

Takaran Pemberian MPASI Aruna Berdasarkan Panduan Metode MPASI WHO :
- 6 sampai 9 bulan = 30 ml - 125 ml (2-3x makan utama dan 1-2x cemilan)
- 9 sampai 12 bulan = 125 ml - 250 ml (3x makan utama dan 2x cemilan)

• 1 sdm = 15 ml

Kesimpulannya ya, Moms ! Metode MPASI WHO ini berkualitas dan tidak diragukan lagi penelitiannya, sudah banyak panduan ataupun literatur mengenai metode ini. Selain berkualitas, metode ini juga mudah dan terjangkau karena hanya perlu memberikan bahan makanan yang mudah dijangkau sesuai kearifan lokal. Tidak perlu ribet dan mahal karena tujuan MPASI WHO yang utama, yaitu agar anak kelak dapat makan makanan dengan menu keluarga.

Alhamdulillah Aruna sekarang sudah makan makanan menu keluarga dan sampai saat ini juga ia belum pernah memilih-milih makanan, apa saja ia suka yang penting enak rasanya dan tidak pedas, sepertinya juga turunan dari mama papanya yang pemakan segala, hehehe !

Contoh Menu Keluarga (Masih tetap dengan Menu 4*) :



Hambatan juga pasti ada saat Aruna belajar makan tetapi tidak sampai membuat ia sama sekali tidak mau makan, tetap mau makan sampai habis tetapi dalam jangka waktu yang lama, kadang sampai satu jam karena terlalu lama diemut. Kira-kira kenapa ya, Moms kalau anak suka lama mengemut makanan dan tidak langsung dikunyah sampai habis ? Namanya juga bocah kali yaaa, hehehe...

Kalau anak sedang susah makan itu hal yang wajar, Moms dan tidak perlu terlalu panik, yang penting cari tahu penyebabnya lalu berikan solusi yang terbaik menurut moms. Halah, saya bicara saja mah mudah yaa, Moms ! hehehe...

Masalah anak susah makan pasti berlalu, tetap tenang, terus coba berikan solusi terbaik, dan jika berlanjut terus-menerus segera hubungi dokter. Semangat, Moms !

Sampai bertemu di Nitta Story berikutnya ya, Moms. Senang sekali saya dapat berbagi, jangan lupa share dan komennya di bawah tulisan ini !

Trims,
Nitta Yunitasari