Ada perjuangan berbeda di balik kisah semua orang tua. Terkadang, kita merasa lelah dan ingin menyerah. Mengeluh dan merutuki nasib. Lupa untuk bersyukur, bahwa kita jauh lebih beruntung dari banyak orang tua di luar sana. Kisah-kisah yang dibagikan dengan penuh kelapangan dada, seringkali yang akhirnya membuat kita membuka mata.
Dari sekian banyak "bloggermoms" Indonesia, Gesi adalah salah satu penghuni “top 5” junjungan saya. Grace Melia, begitu nama lengkapnya, telah banyak memberikan suntikan semangat dan inspirasi bagi Moms lainnya. Salah satunya, perjuangan pantang menyerah dalam mengasuh putri sulungnya, Aubrey Naiym Kayacinta, atau Ubii.
pic from Instagram @gracemelia
19 Mei 2012, Ubii terlahir dalam kondisi kesehatan bernama “congenital rubella syndrome”. Ini terjadi akibat Gesi terinfeksi virus rubella di trimester awal kehamilan Ubii. Sindrom ini menyebabkan Ubii mempunyai kelainan bawaan pada jantung, gangguan pendengaran sangat berat, gangguan saraf, dan hambatan perkembangan motorik.
Dua tahun pertama menjalani peran sebagai orang tua Ubii, Gesi dan Adit, suaminya, benar-benar tak henti jatuh-bangun, belajar dari kesalahan dan pengalaman. Semua kisah tak terlupakan ini didokumentasikan oleh Gesi dalam “blog”. Hingga kemudian, Gesi memutuskan untuk membuat “hard copy” catatan perjalanannya ini dalam sebuah buku. Isinya seperti kumpulan surat untuk Ubii, hingga buku ini pun diberi judul : Letters to Aubrey.
pic by Winda Reds
Buku setebal 266 halaman, terbitan Stiletto Book tahun 2014 ini, menceritakan secara runut perjalanan Gesi menjadi orang tua Ubii hingga Ubii berusia 22 bulan. Format cerita dibuat seperti surat-surat. Bahasanya mengalir alami, seperti Gesi sedang “curhat” kepada Ubii versi besar. Kesederhanaan dan ketulusan yang begitu lekat dalam setiap surat, membuat saya berkaca-kaca membacanya. Mengharu biru!
Gesi memasukkan banyak informasi pula tentang kondisi kesehatan Ubii dan wawasan lain yang berkaitan dengan terapi-terapi yang dijalani Ubii. Istilahnya, kita tak hanya mendapatkan muatan emosional, namun juga mendapatkan pengetahuan baru. Sebuah bekal dan pengingat untuk menjadi orang tua siaga tentang informasi kesehatan anak. Tak salah jika Gesi pun mampu menjadi penggerak komunitas Rumah Ramah Rubella, hingga menjadi duta di gerakan nasional vaksinasi MR tahun 2017 ini.
pic by Winda Reds
Ada pula ide-ide bermain anak yang diterapkan Gesi bersama Ubii, terutama saat usianya di atas 1 tahun. Permainannya meliputi stimulasi-stimulasi motorik yang mudah dipraktikkan di rumah.
Cerita favorit saya adalah ketika Gesi dan Adit diterpa badai rumah tangga, akibat kepenatan mereka menghadapi cobaan bertubi-tubi. Kekompakan pasutri ini juga terasa dengan menyelipkan dua surat penutup berbeda, versi Gesi dan Adit, untuk Ubii tersayang. Tandem penulisan ini juga terus berlanjut di “blog” Grace Melia hingga kini.
Kisah lain yang juga menarik perhatian adalah ketika Gesi disadarkan oleh "ambisi"-nya menjadikan Ubii bisa mengejar ketertinggalan tumbuh kembangnya. Sebuah penyesalan yang sangat manusiawi. I can relate myself to this, in so many levels. Kegalauan abadi kita ya, Moms!
pic by Winda Reds
Jika ada saran untuk perbaikan, saya sebenarnya lebih suka jika surat-surat ini dikelompokkan per bab dengan benang merah tertentu. Namun, sepertinya format bebas yang dilakoni di buku ini memang untuk membuat satu linimasa runtut. Pembaca pun perlu terus membaca tanpa terputus untuk mengetahui perkembangan Ubii dari waktu ke waktu.
Buku ini juga memuat banyak foto Ubii terkait dengan topik yang dibahas dalam surat. Sayang, cetakan hitam putih membuat foto-foto jadi tidak terlampau jelas. Saya pribadi, lebih menyukai ada lembaran khusus foto berwarna. Atau, menggunakan ilustrasi lucu dalam “layout” buku, sehingga bukunya lebih menarik secara visual.
pic from Instagram @gracemelia
Terlepas dari segala kekurangan, saya sangat kagum dan salut pada Gesi-Adit. Tidak sembarang orang bisa mengambil hikmah, mau terus belajar, dan pantang menyerah dalam menjalani ujian hidup. Apalagi mengakui kelemahan sembari memperbaiki diri.
Buku "Letters to Aubrey" saya beli secara “online” di Stiletto Book dengan harga Rp. 36.000,- (sedang diskon dari harga asli Rp. 48.000,-). “Mom-lit” ini wajib dikoleksi. Membaca buku Gesi ini, membuat saya lebih mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Karena, setiap takdir yang diberikan-Nya kepada kita, adalah bab perjalanan hidup yang sepatutnya dihadapi dengan ikhlas.
Letters to Aubrey
Grace Melia
Stiletto Book, 2014
ISBN : 978-602-7572-27-0
266 halaman
13 cm x 19 cm
Rp. 48.000,- (harga asli non diskon)
Mamah Merah Membaca : Review Buku Inspiratif dan Mengharukan “Letters to Aubrey”
source: https://doy9lykf9ter0.cloudfront.net/photo/temporary/c65d5bc6051a06440498014ddd19189c.png
Komentar Artikel Ini
{{comment_count||0}}
Sort by{{sorted_by}}
Like!
Newest
Reply
- {{ comment.nam }}{{ comment.commented_at }}EditDelete{{comment.gd}} Likes{{comment.bd}} BadsThis comment was deleted.
more comments
Loading...