Kebahagiaan saya setelah tau akan menjadi seorang ibu berubah menjadi kelabu ketika saya dapati saya mengalami pendarahan tepat di hari kedua sesampainya saya di Manokwari. Cerita part 1 bisa dicek di blog saya ya.

Iya. Hari itu, senin pagi seharusnya menjadi hari yang sangat membahagiakan karena saya akan kembali ke kantor melakukan rutinitas saya seperti biasa dengan kondisi berbeda. Iya, dia yang ada dalam rahim saya akan selalu setia menemani saya kemanapun . Namun semuanya menjadi buyar saat saya dapati darah segar membekas cukup banyak di pakaian dalam saya saat. Tangis saya pecah seketika. Saya sangat panik. Ya Allah tolong jaga, kuatkan, dan lindungi saya serta janin saya.



Saya baru bisa tenang setelah suami mencoba meyakinkan saya bahwa semua akan baik-baik saja. Akhirnya suami melarang saya berangkat ke kantor dan saya cuma bisa bedrest seharian. Malam harinya saya pergi ke dokter spesialis kandungan. Saat di USG alhamdulillah janin saya masih ada bahkan sudah terdengar detak jantungnya. Saya hanya diberikan obat penguat lewat anal dan vitamin. Dokter menyarankan saya untuk total bedrest.

Dua hari kemudian, teman-teman kantor datang menjenguk dan menghibur saya. Saat itu saya memang tertawa sangat lepas karena candaan dan lawakan merek. Sampai tidak sadar ada darah segar  bahkan menembus sampai pakaian luar saya. Ya Allah, saya kembali menangis sejadinya. Saya cukup shock dan ngedown karena kali ini darah yang keluar cukup banyak... Keesokan harinya saya datang kembali ke dokter kandungan untuk berkonsultasi menanyakan apa ada yang salah dengan kandungan saya. Dokter pun menyatakan tidak ada apa-apa dan saya hanya disuruh istirahat total. Dan kembali kontrol dua minggu lagi.




Hari-hari berikutnya saya terus mengalami pendarahan. Bahkan ketika saya hanya jongkok untuk mencuci piring pun. Saat itu setiap waktu saya hanya bisa pasrah dan tawakkal saja. Bayangkan saja, setiap hari saya mengalami pendarahan. Saya menyerahkan seluruh kekuatan saya untuk berdoa kepada Dzat yang Maha Memiliki. Hakikatnya hidup adalah titipan yang harus dijaga. Saya benar-benar takut kehilangan janin saya. Tapi saya tetap pasrah, mengusahakan yang terbaik yang saya bisa.

Mungkin ini yang orang katakan, mencintai seseorang bahkan sebelum bertemu.



Dua minggu kemudian saya kembali ke dokter. Dari hasil USG dokter katakan bahwa kandungan saya baik, bahkan janinnya sudah terlihat bentuk ya (bukan bentuk kacang lagi). Masyaa Allah... Saya takjub. Kekhawatiran dan kepasrahan saya selama dua minggu pendarahan perlahan hilang. Terima kasih Allah, terima kasih anakku sudah kuat membersamai ibumu. Kita akan terus berjuang ya sayang.

Saya akui, minimnya fasilitas kesehatan di daerah timur Indonesia membuat saya belum juga mengetahui sampai sekarang penyebab mengapa saya mengalami pendarahan saat itu. Bukan plasenta previa, karena dokter menegaskan plasenta saya tidak berada di bawah menutupi jalan lahir. Dokter pun urung mencari tahu, karena beliau hanya katakan, "tidak apa-apa bu sepanjang janin ibu berkembang, tidak usah dikhawatirkan".

Alhamdulillah memasuki awal trimester kedua pendarahan itu berhenti dengan sendirinya.

Saya melewati trimester kedua tanpa kendala berarti. Bahkan saya (dan janin saya) saat itu kuat menjalani puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Alhamdulillah, Allah beri kekuatan. Jujur inilah pertama kali saya bisa merasakan puasa full sebulan.

Selama kehamilan sesungguhnya saya tidak mengalami mual-mual yang berarti atau ngidam yang teramat sangat. Mungkin si jabang bayi mengerti bahwa ibunya tinggal di timur Indonesia yang jauh dari kuliner kekinian. Seingat saya, saya hanya mengalami "kepingin" makan gemblong dan lupis. Itu saja.

Memasuki kehamilan minggu ke 34 saya sering mengalami "pipis yang tidak bisa saya tahan". Awalnya saya menganggap ini satu hal biasa. Karena kondisi hamil yang menyebabkan kantung kemih ibu terdorong oleh janin sehingga mungkin ibu hamil terkadang sulit mengontrol keinginan BAK.

Sampai akhirnya di suatu sore saya iseng cek pakaian dalam saya setelah tragedi pipis itu kesekian kalinya selama seminggu ini. Saya membaui aromanya seperti bau anyir dan warnanya ternyata bening.

Saya segera menuju dokter spesialis kandungan untuk menanyakan kondisi saya. Kebetulan saat itu dokter kandungan yang biasa rutin memeriksa saya sedang dinas ke Jakarta. Jadi saya diperiksa oleh dokter kandungan lain. Setelah saya ceritakan kondisi saya, dokter kemudian memeriksa kondisi kehamilan dengan USG. Benar saja, dokter mengatakan bahwa saya mengalami ketuban rembes dan cairan ketuban di rahim saya sudah makin sedikit.

Saya disarankan untuk opname karena berjaga-jaga akan dilakukan oerasi caesar. Saya diberi suntikan pematangan paru-paru untuk janin yang memang baru berusia 35 minggu. Saya sudah pasrah jika harus SC, yang terpenting saat itu saya dan bayi saya selamat. Ini adalah momen yang tidak bisa saya lupakan moms. Sepulang dari praktek dokter saat itu jam 12 malam, saya dan suami mencari rumah sakit yang kamar untuk satu pasien masih available. Kami menembus angin malam kota Manokwari dengan berboncengan motor. Saat itu kami benar-benar merasakan menjadi anak perantauan yang jauh dari keluarga. Kami harus bisa mengatasi apapun yang terjadi di hadapan.

Jam 1 malam akhirnya kami dapatkan ruang kamar pasien yang cukup 'nyaman'. Langsung saya diberi suntikan pematangan paru-paru untuk janin melalui infus. Keesokannya dokter datang mengontrol kondisi saya, dokter masih optimis mengusahakan persalinan normal untuk saya. Setelah 2 hari opname dan diberi dua kali suntikan pematangan paru-paru, saya dinyatakan boleh pulang. Alhamdulillah kesempatn saya untuk bisa melahirkan per vagina masih terbuka.

Akhirnya pada usia kandungan 39 minggu 5 hari, tangis seorang bayi laki-laki lucu dan mungil itu menjadi suara terindah untuk saya setelah mengalami induksi pada persalinan per vagina. Seorang bayi yang saat ini sudah tumbuh dan berkembang menjadi anak laki-laki yang sangat aktif.



Terkadang saya merenung ketika melihat anak saya. Ya Allah inilah seseorang yang saya perjuangkan melalui doa-doa pasrah saya di awal kehamilan. Seseorang yang dulu saya kira saya akan kehilangannya.

Melihatnya, membesarkannya, mendampinginya tumbuh dan berkembang adalah hadiah terindah dari Allah untuk saya. Memastikannya bahagia adalah prioritas saya saat ini. Saya ingin terus membersamainya, menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, dan menyaksikan setiap langkah hidupnya. Terima kasih Allah, telah menghadirkan dia, Muhammad Abrizan Akmal ke dalam hidup saya...



Jaga dan lindungi dia selalu saat tangan saya tak lagi mampu mendekap dan memeluknya erat...


All photos are downloaded from Pinterest