Memasuki trimester kedua kehamilan, saya sudah mulai sering membekali diri saya dengan membaca buku atau artikel tentang ASI.  Ada satu buku yang membuat wawasan saya sangat terbuka tentang ASI, mungkin teman-teman disini juga sudah familiar ya dengan buku tersebut. Buku itu berjudul CATATAN AYAH ASI, dimana buku itu bercerita tentang pengalaman para bapak-bapak yang mensupport penuh istrinya untuk dapat mengASIhi buah hati mereka.  Dari buku tersebut  saya jadi belajar, bahwa betapa mengASIhi butuh perjuangan yang tidak mudah. Makanya diesebut "pejuang ASI". Ibu yang mengASIhi butuh disupport oleh lingkungan sekitarnya, terutama dari suami dan keluarga dekat.  Bahwa hal yang terpenting untuk dapat menyusui dengan lancar adalah IBU YANG BAHAGIA.




Sejak saat itu saya bersikeras ketika melahirkan kelak dapat menyusui bayi saya sampai 2 tahun.  Kebetulan juga ketika trimester ketiga ASI saya mulai keluar, terlihat dari adanya bekas rembesan ASI di pakaian saya setiap bangun tidur.  Saya juga sudah mencari rekomendasi merk dan tipe Pompa ASI dari para pejuang ASI di instagram.  Meskipun saya masih belum terpikirkan apakah nanti saya akan menjadi "Mama Perah", atau akan langsung saja menyusui bayi saya. Sebab peraturan kantor saya sangat fleksibel terhadap ibu menyusui, yaitu bayi boleh dibawa ke kantor asalkan ada pengasuhnya juga. Pilihan saya jatuh pada Pompa ASI manual Medela Harmony.

Awalnya juga saya berharap bisa melakukan IMD kepada Akmal sesaat setelah ia lahir.  Namun keinginan saya tidak bisa terkabul, karena saat Akmal lahir, ketuban saya berwarna hijau.  Dokter tidak memperbolehkan saya melakukan IMD, sebelum ada izin dari Dokter Spesialis Anak. Sekitar satu jam kemudian Dokter Anak datang memeriksa Akmal dan alhamdulillah saya diperbolehkan untuk segera menyusui Akmal.


https://id.pinterest.com/pin/305541155955579263/
Inilah awal baby blues saya, ketika Akmal belum langsung bisa menyusu. Mulutnya belum bisa menghisap. Mungkin karena kondisi saya saat itu juga sangat lelah setelah berjam-jam di ruang bersalin. Saya sangat sedih, saya menangis. Suami saya menghibur dan menenangkan saya untuk tetap tenang dan dicoba lagi nanti. Sore hari saya mencoba memompa ASI saya yang berwarna kuning karena memang masih berisi kolostrum, saya sendokkan pelan-pelan ke mulut Akmal. Sambil terus saya coba dekatkan mulut Akmal ke puting untuk belajar menyusu.  Saya terus berusaha mengganti posisi di kiri dan kanan, dan juga terus mencoba mengubah posisi latch on, barangkali posisinya puting saya dalam mulutnya membuatnya tidak nyaman.  Yang saya ingat saat itu, saya tidak akan menyerah dan akan terus mencoba.  

Sampai akhirnya Akmal baru bisa menyusu setelah lebih dari 30 jam kelahirannya. Saya bisikkan terus padanya kata-kata semangat untuk terus mencoba menyusu. Saya tidak ingin bersedih, karena saya paham itu akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI saya. Alhamdulillah, ketika dia berhasil latch on pada puting saya, seketika itu pula saya langsung menangis haru.



Hari-hari selanjutnya alhamdulillah tidak ada kendala berarti. Allah memberi saya karunia dan rezeki yang begitu besar berupa ASI yang melimpah. Saya tidak begitu mempedulikan berat badan saya, karena bagi saya asupan gizi yang baik dan cukup  yang saya konsumsi, akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas ASI saya. Saya tidak memakan satu jenis makanan saja secara spesifik, misal daun katuk.  Saya memilih untuk memakan apapun yang membuat saya bahagia. Makanan apapun yang saya suka, itu adalah ASI Booster saya.  Saya sangat menikmati saat-saat LDR atau Let Down Reflex atau payudara mengencang tiba-tiba dan ASI mengalir deras ketika oksitosin saya aktif, meski sedang tidak menyusui. Saya pun sangat menikmati saat-saat terjaga di sesi menyusui tengah malam.  Sejak usia 4 bulan Akmal sudah bisa menyusu sambil tiduran miring, jadi saya tidak perlu repot-repot bangun untuk menggendongnya.

Akmal menyusu langsung pada saya dan menolak untuk menggunakan dot. Tetapi saya tetap memompa karena jika tidak dipompa, payudara saya akan terasa sangat sakit dan penuh, meski pada akhirnya hasil pompa tersebut harus saya buang.  Terkadang Akmal juga seringkali tersedak karena ASI saya yang mengalir sangat deras, jadi sebelum menyusui saya sering memerah atau memompa terlebih dahulu agar aliran ASI yang deras tidak membuat Akmal tersedak. Setiap sehabis menyusu, Akmal pasti hampir selalu tertidur pulas. Saya bersyukur kenaikan berat badan dan tinggi badannya setiap bulan cukup signifikan.



Namun pernah Akmal berusia 5 bulan, dia tidak mau menyusu sama sekali.  Setiap saya sodorkan payudara, Akmal malah menangis. Bukan apa-apa, saya khawatir Akmal dehidrasi karena saat itu Akmal belum MPASI, jadi saya tidak bisa memberikan alternatif makanan apapun. Rupanya karena Akmal mengalami radang tenggorokan sehingga mungkin ia kesulitan menyusu karena merasa sakit.  Alhamdulillah itu hanya terjadi sekitar 3 hari saja.

Saat bulan Ramadhan tiba pun saya tetap bisa menyusui Akmal alhamdulillah. Saat itu karena memang juga Akmal sudah memasuki tahap MPASI, jadi ASI bukan lagi menjadi satu-satunya sumber energi utama untuk Akmal. Alhamdulillah kuantitas ASI saya juga tetap terjaga karena setiap sahur saya selalu minum jus kurma susu yang konon katanya memang baik untuk memperlancar ASI ketika ibu sedang berpuasa.  Semua kembali kepada Allah yang Maha Memberi kekuatan.

Satu pengalaman berarti dalam hidup saya juga bisa mendonorkan ASI kepada kawan saya.  Bisa dibilang, Akmal memiliki saudara sepersusuan.  Jadi mulai saat itu, saya rajin memompa ASI layaknya para mama perah.  Sterilisasi pompa, memerah kemudian dimasukkan ke dalam kantong ASI. Setiap tiga hari sekali saya titipkan suami saya untuk diberikan kepada kawan saya itu, karena memang suami saya satu kantor dengannya. Saya bersyukur saat itu bisa menyusui Akmal langsung. Karena kondisi kami dahulu tinggal di Manokwari yang mana amat sangat sering mati lampu.  Bahkan sering nggak kira-kira itu mati lampunya bisa seharian dari pagi sampai malam. Kalo sudah begitu, apa kabar harta karun kantong-kantong ASI di freezer bisa bisa rusak dong yaa. 



Saat ini Akmal sudah tidak menyusu, saya sudah memberikan hak menyusu nya dengan penuh.  Dia sudah lulus disapih pada usia dua tahun satu bulan. Proses menyapihnya pun juga mengalami perjuangan.  Lain waktu di lain post insyaa Allah saya akan cerita tentang pengalaman menyapih Akmal ya.