Konon katanya, masa-masa "terrible two", di mana si kecil sudah menginjak usia dua tahun, adalah masa-masa yang cukup berat untuk dilalui. Pasalnya, di angka inilah, si kecil mulai menunjukkan sikap tantrum, rewel, dan mulai menguras kesabaran orang tua. 

Nah, di masa-masa ini pula, kepribadian anak mulai terbentuk dengan sendirinya. Dengan kata lain, di masa inilah, perilaku dan sikap kita saat menangani tantrum membawa pengaruh besar terhadap terbentuknya karakter si kecil. 

Mengetahui hal ini, pundak saya seakan ditimbuni batu. Betapa beratnya peran orang tua, peran seorang ibu, dalam membentuk pola pikir dan karakter sang anak. Salah sedikit saja, bisa menimbulkan dampak berkepanjangan bagi sang anak. Jadi parno nggak sih?


Sumber: Parenting.com

Namun, namanya manusia, pasti lumrah untuk merasakan berbagai emosi negatif seperti marah, kesal, dan sedih. Apalagi saat kesabaran mencapai batasnya.

Kalau nggak ditahan, kita bisa "kelepasan" meluapkannya dalam bentuk yang nggak seharusnya, entah itu bentak-bentak, menyentak, mengatai sang anak, menyeret, atau bahkan melakukan kekerasan fisik (Duh, yang ini jangan sampai, deh!). 

Saya pun sempat merasakan dilema tersebut. Biasanya sih, saya kelepasan mengeluarkan emosi negatif pada sang anak bila sudah panik dan suasana hati lagi nggak baik. Alhasil, melihat saya marah dan kesal seperti itu, ia malah menangis makin menjadi-jadi. Nangisnya sedih banget. Duh... Seketika, emosi negatifnya berubah jadi rasa bersalah yang sangat besar. Nyesel banget!

Keras ke Anak, Bisa Bikin Anak Jadi Penurut? 
​​​​​​


Sumber: pintsizedtreasures.com

Memang, orang tua dulu bilangnya, kalau "dikerasi" seperti itu,  nanti anaknya akan jadi anak penurut dan hormat pada orang tua. 

Bahkan, karena anggapan tersebut, nggak sedikit lho orang tua yang melakukan berbagai kekerasan verbal dan fisik terhadap sang anak, cuma karena hal sepele atau masalah yang sebenarnya nggak berkaitan langsung dengan sang anak. 

Berbagai kasus sempat terungkap ke permukaan. Salah satunya adalah video seorang ibu yang melakukan berbagai tindak kekerasan pada sang anak karena kesal dan ingin meminta sejumlah uang pada pasangannya. Duuuh, pas melihat cuplikan video tersebut, rasanya hati seperti disayat-sayat. Sedih, miris banget!

Tahukah Moms, alih-alih menjadikan anak penurut, kekerasan verbal dan fisik bisa berdampak besar pada pertumbuhan karakter sang anak?
​​​​​​
Dilansir dari Psychology Today, ternyata kekerasan yang dilakukan orang tua tersebut seakan mengajarkan sang anak bahwa tindakan seperti itu lumrah dilakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Bisa jadi, nantinya mereka malah memukul anak yang lebih kecil dan lebih lemah dari mereka. Bahaya kan?

Saya sempat membaca sebuah artikel, bahwa ketika kita "kelepasan" meluapkan emosi negatif dengan tindakan yang nggak seharusnya, sang anak pun bisa mengalami trauma. 

Jadi, Harus Ngapain Ya? 


Sumber: yummymummy.ca

Lantas, kalau sudah kelepasan emosi, harus ngapain ya? Nah, dari beberapa artikel yang saya baca, saya merangkum bahwa terdapat beberapa hal yang bisa saya, kamu, dan kita lakukan, Moms!

1. Sadarkan diri! Ingat bahwa Moms sudah melewati proses persalinan yang berat, dan sang anak merupakan darah daging kita. Dengan begitu, bila kita menyakitinya, berarti kita menyakiti diri sendiri. 

2. Tenangkan hati dengan menarik napas panjang sebanyak tiga kali. Dengan begitu, tubuh kita akan rileks, dan kita bisa berpikir lebih jernih. 

3. Yuk minta maaf! Satu hal yang wajib saya lakukan ketika saya kelepasan membentak anak adalah meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Memeluknya erat, membiarkannya sampai berhenti menangis, lalu meminta maaf sambil melihat wajahnya. Dengan membiasakan hal ini, sang anak pun akan belajar untuk berani mengakui kesalahannya dan bertanggung jawab.

4. Ajak bicara si kecil, ketika hati kita sudah siap, emosi sudah mereda. Tentunya, pembicaraan dengan penuh emosi negatif di dalamnya hanya akan memperkeruh suasana, bukan? Jika sudah tenang, barulah berbicara sambil menatap mata si kecil, agar pesannya sampai secara maksimal.

5. Jangan lupa, selalu sampaikan bahwa kita selalu menyayangi si kecil, semarah apapun kita. Dengan begitu, si kecil nggak merasa terabaikan, Moms.

***

Jadi orang tua itu memang susah, susah banget! Tapi, percaya deh, kita pasti bisa menjalaninya, tanpa harus mengedepankan kekerasan untuk mendisiplinkan sang anak, kok! Rasanya, lebih baik jadi orang tua yang disayangi daripada orang tua yang ditakuti, bukan?