Saya selalu terkesan dengan film-film yang dibintangi Aamir Khan. Inspiratif, berbobot, dan membawa banyak pesan-pesan moril untuk yang menontonnya. Contohnya film yang udah pasti semua orang tau yaitu 3 Idiots. Terlihat bagaimana film itu secara nggak langsung mengkritik sistem pendidikan formal di India yang sangat tekstual. Ada juga film Taare Zamen Paar yang sukses mengaduk emosi para penontonnya. Seorang anak bernama Ishaan yang mengalami disleksia dan diasingkan oleh orangtuanya sendiri karena dianggap nakal dan bodoh. Padahal Ishaan adalah anak yang berbeda dan istimewa, hanya orangtuanya yang terlalu menuntut Ishaan untuk "bisa" dalam bidang akademis dan selalu membandingkannya dengan sang kakak. Sebuah sentilan untuk para orang tua agar mampu mengenali kelebihan dan kekurangan anak.

Film Dangal (Bahasa Indonesia: Kompetisi Gulat) ini juga menempati posisi istimewa di hati penonton, khususnya untuk mereka yang suka menonton film drama keluarga. Aslinya film ini merupakan kisah nyata seorang pegulat India bernama Geeta Phogat. Tayang di akhir tahun 2016 yang lalu dan film ini produksi Disney! Keren ya. 

Diceritakan dalam film, Aamir Khan berperan sebagai Mahavir Singh Phogat, seorang mantan juara nasional gulat di India yang sangat potensial, namun harus mengubur impiannya untuk mempersembahkan medali emas untuk negaranya karena kurangnya perhatian pemerintah India terhadap bidang olahraga khususnya gulat. Kemudian akhirnya Mahavir bertekad untuk "melanjutkan mimpinya" pada anak laki-lakinya kelak. Mahavir dikaruniai empat orang anak, tapi keempatnya semua adalah perempuan. Pupuslah harapan Mahavir untuk bisa melanjutkan mimpinya sebagai seorang pegulat internasional.

Well pada saat itu, di India yang sangat patriarkhal, wanita bukan cuma dipandang lemah, melainkan juga hampir tidak mungkin untuk menjadi pegulat. Hampir setiap desa di India utara dan barat memiliki rumah pelatihan gulat dan menggelar turnamen gulat, namun wanita tidak diperbolehkan untuk berpartisipasi.

Suatu hari, Mahavir kedatangan sepasang suami istri bersama kedua anak laki-lakinya. Mereka marah-marah kepada Mahavir dan istrinya karena kedua anak Mahavir, Geeta dan Babita sudah membuat anak laki-lakinya babak belur. Dari sinilah Mahavir masih melihat gulat mengalir dalam darah kedua anaknya itu. Dan ia memutuskan untuk menjadikan Geeta dan Babita sebagai pegulat.

​​​​


Mahavir sangat ambisius, melatih Geeta dan Babita layaknya seorang atlit gulat. Keputusan Mahavir bukannya tanpa celaan. Seringkali Geeta dan Babita harus berlapang dada mendengar orang-orang membicarakan mereka. Bahkan seringkali mendapat bullying dari teman-temannya. Terkadang Geeta dan Babita juga merasa hampir menyerah pada ambisi ayahnya ini. 

​​​Suatu hari Mahavir mengajak Geeta dan Babita untuk ikut dalam kompetisi gulat tarkam (antar kampung). Mereka seringkali memenangkan gulat melawan laki-laki. Nah hal ini yang pada akhirnya menjadikan mereka pada akhirnya percaya diri, meskipun seorang perempuan mereka kuat, tangguh, dan punya skill dalam bidang yang kebanyakan digeluti kaum laki-laki. Kehadiran Gita dan Babita dalam kompetisi gulat tarkam itu juga menjadi daya tarik, masyarakat berbondong-bondong datang dan menyaksikan pertarungan di arena gulat. Kemudian gulat untuk wanita pada akhirnya menjadi semakin populer dan bisa diterima masyarakat India.



Menurut saya film ini banyak mengaduk emosi sih. To be honest, saya banyak menahan air mata saya karena rasa terharu (malu sama suami kalo lagi nonton lalu nangis, suka diledekin soalnya). Pernah ngerasain serunya dan tegang saat nonton final kejuaraan badminton tingkat Internasional, saat atlet Indonesia yang tanding moms? Ya begitulah kira-kira nilai-nilai nasionalisme yang sangat ditunjukkan film ini.

Mau nonton film ini rame-rame sekeluarga juga aman banget deh, karena film ini bebas dari adegan dewasa. Sangat recommended menurut saya.