Kebanyakan  orang tua menginginkan anaknya saat belajar duduk diam dan tenang.  Mendengar dan menyimak apa yang disampaikan. Tanpa disadari hal demikian membuat anak cenderung diam dan tidak berani  menanyakan hal yang belum diketahuinya. Paradigma belajar seperti itu bahwa  banyak bertanya dianggap bodoh atau mengganggu proses pembelajaran.

Jaman berubah, dan terus akan berubah. Saatnya orang tua khususnya harus mengubah paradigma baru di dunia pendidikan. Anak yang tidak bisa belajar sebagaimana cara/gaya mengajar orang tua berarti orang tua  harus belajar mengajar dengan cara si anak BISA belajar. Di sisi lain,  setiap anak PASTI bisa belajar dengan baik karena belajar dengan cara yang BERBEDA. 

Kini saatnya belajar memahami gaya belajar anak-anak (Learning Styles) dan memahami gaya mengajar kita (baca orang tua) sebagai pendidik (Teaching Styles) karena hal tersebut  berpengaruh pada gaya bekerja para orang tua dan anak-anaknya (Working Styles).

Sebelum mengamati tentang gaya belajar perlu dipahami terlebih dahulu untuk apa anak-anak  harus belajar. Ada empat hal penting yang menjadi tujuan anak-anak belajar yaitu :

Meningkatkan rasa ingin tahu anak (Intellectual Curiosity). 

Meningkatkan daya kreasi dan imajinasinya (Creative Imagination). 

Mengasah seni/cara anak agar selalu bergairah untuk menemukan sesuatu (Art of Discovery and Invention). 

Meningkatkan akhlak mulia anak-anak (Noble Attitude). 

Setelah memahami tujuan anak-anak belajar saatnya memahami berbagai gaya belajarnya. Gaya belajar akan menentukan prestasi belajar anak.  Terlebih nika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. 

Ada tiga macam gaya belajar anak:

Auditory (belajar dengan cara mendengar)



Anak yang bertipe auditor mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang dikatakan. Gaya belajar auditory biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Visual (belajar dengan cara melihat)



Anak yang bergaya belajar visual, mata/    penglihatan memegang peranan penting dalam belajar.  Metode pengajaran yang digunakan  lebih banyak  pada peragaan/media.  Pengamatan langsung ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran  dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung  atau menggambarkannya di papan tulis.

Gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi  untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. 

Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)



Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Anak  yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. 

Nah moms.. . . anaknya tipe belajar yang mana neh.
 
Sumber Bacaan :

Komunitas Institut Ibu Profesional, 2013, Bunda Sayang (12 Ilmu Dasar Mendidik Anak), Gazza Media, Jakarta.

Materi#4 Kelas Bunda Sayang IIP Batch#1, Tim Bunda Sayang IIP, 2017.