Kita sering mendengar tentang kehidupan pernikahan seseorang, ada yang hidupnya bahagia, ada yang tidak. Ada yang hidupnya berkecukupan, ada yang kekurangan. Ada yang rumah tangganya bertahan karena cinta, namun tidak sedikit juga yang bertahan karena anak. Fenomena itu sering terjadi disekeliling kita, bahkan terkadang terjadi dengan orang terdekat kita.
Suatu ketika ibun dan suami pernah datang mengunjungi seorang kerabat, seorang ibu single parent yang sudah dua kali gagal membina rumah tangga. Kenapa?, entahlah. Yang ibun lihat kehidupan kerabat tersebut sangat berkecukupan, cantik, lahir dan besar di luar negeri, lulusan luar negeri, dan tentunya memiliki karir yang tidak main-main. Dilihat secara kasat mata hidupnya begitu sempurna, ditambah lagi kedua (mantan) suaminya yang kaya dengan karir gemilang.
Menurut cerita kerabat tersebut, alasan mengapa dia berpisah dengan mantan suami pertamanya karena orang tua. Orang tua mantan suaminya selalu ikut campur dalam urusan rumah tangganya, karena lahir dan besar di luar negeri makanya banyak perbedaan pandangan di antara dia dan mertua. Ditambah lagi sang suami yang seolah tak pernah mendukungnya, selalu membela kedua orang tuanya. Maka semakin runyamlah rumah tangganya dan berakhir dengan perceraian.
Bagaimana dengan mantan suami ke duanya?, setelah puluhan tahun menikah mengapa berakhir tragis?. Sang kerabat tidak banyak bercerita, namun ia berpesan, “Binalah rumah tangga kalian dengan cinta. Sesekali ambilah waktu untuk berduaan, pacaran kembali. Karena kunci kebahagiaan rumah tangga kalian ada pada kalian bukan anak-anak. Bertahanlah karena cinta, jangan bertahan demi anak. Jika kalian bertahan demi anak, suatu saat ketika anak sudah besar dan sudah hidup terpisah maka kalian sudah tidak punya alasan untuk mempertahankan rumah tangga kalian lagi.”.
Ah entahlah, hidup kadang begitu rumit dipahami.
Salam sayang dari Alta dan Ibun ❤️