1. Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir
Menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, di beberapa rumah sakit sudah termasuk skrining yang rutin, mengingat gangguan pendengaran pada bayi dan anak sulit diketahui sejak awal. Selain itu, ada periode kritis perkembangan pendengaran dan berbicara, yang dimulai dalam 6 bulan pertama kehidupan dan terus berlanjut sampai usia 2 tahun. Bayi yang mempunyai gangguan pendengaran bawaan atau didapat yang segera diintervensi sebelum usia 6 bulan, pada usia 3 tahun akan mempunyai kemampuan berbahasa normal dibandingkan bayi yang baru diintervensi setelah berusia 6 bulan.

Berbagai 'Skrining' Bayi Baru Lahir Penting yang Perlu Moms Ketahui
source: https://www.babycenter.com

2. Skrining Penglihatan untuk Bayi Prematur

Retinopathy of prematurity (ROP) sering terjadi pada bayi prematur dan merupakan salah satu penyebab kebutaan bayi dan anak di dunia, termasuk di Indonesia. Dengan kemajuan teknologi di bidang perawatan bayi prematur, memungkinkan bayi prematur dengan berat lahir rendah dan usia kehamilan yang sangat muda dapat bertahan hidup, namun seiring dengan meningkatnya angka kehidupan bayi prematur tersebut, menyebabkan kejadian ROP juga meningkat. Untuk itu perlu dilakukan skrining pada bayi prematur untuk mendeteksi dini ROP, sehingga dapat dilakukan terapi yang sesuai untuk mencegah terjadinya kebutaan.  

Skrining ROP dilakukan pada: 

  • Bayi baru lahir dengan berat ≤ 1500 gram atau masa kehamilan ≤ 34 minggu
  • Bayi risiko tinggi seperti mendapat fraksi oksigen (Fi O2) tinggi, transfusi berulang, kelainan jantung bawaan, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, infeksi/sepsis, gangguan napas, asfiksia,perdarahan di otak (IVH), berat lahir ≤ 1500 gram, masa gestasi ≤ 34 minggu.
Berbagai 'Skrining' Bayi Baru Lahir Penting yang Perlu Moms Ketahui
source: https://fivitaliablog.files.wordpress.com
baca juga

3. Skrining Hipotiroid

Skrining ini bertujuan untuk mendeteksi dini adanya hipotiroid kongenital ataubawaan. Hipotiroid kongenital yang tidak diobati sejak dini dapat mengakibatkan retardasi mental berat. Angka kejadian hipotiroid kongenital (bawaan) bervariasi antar negara, umumnya sebesar 1:3000 – 4000 kelahiran hidup. 

Mengingat gejala hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir biasanya tidak jelas, dan hipotiroid kongenital dapat memengaruhi masa depan anak dengan menyebabkan retardasi mental berat kecuali jika mendapat terapi secara dini maka mutlak sangat diperlukan (rutin) skrining hipotiroid pada bayi baru lahir untuk menemukan kasus hipotiroid secara dini. Skrining ini dilakukan saat bayi berusia 48-72 jam, sedikit darah diteteskan di atas kertas saring khusus, setelah bercak darah mengering dilakukan pemeriksaan kadar hormon TSH.

Berbagai 'Skrining' Bayi Baru Lahir Penting yang Perlu Moms Ketahui
source: https://www.livestrong.com