Pada mulanya Zahra mengaku ia hanya iseng bermain sepak bola karena diajak sang ayah yang hobi sekali bermain futsal. Meski usianya pada saat itu masih tujuh tahun, namun Zahra selama tiga tahun terus berlatih dribbling, juggling, dan shooting sendirian.
Dari situ, sang Ayah melihat bakat sang anak yang semakin mahir memainkan bola dan ayahnya yakin potensi Zahra akan lebih besar dan yakin ia bisa menjadi pemain sepak bola yang handal. Semakin berjalannya waktu pada usia sepuluh tahun, Zahra mulai serius berlatih dengan SSB Madania. Setelah dari Madania, gadis manis berambut panjang ini pindah ke SSB Patriot Merah Putih dan menghabiskan waktu setahun di sana. Berbagai turnamen pun diikutinya selama bernaung di SSB ini.
Bakat bermain sepak bolanya semakin bagus, Zahra pun memutuskan untuk pindah lagi ke SSB ASIOP Apacinti. Di SSB satu ini, Zahra menjadi satu-satunya anak perempuan yang bermain bersama teman-teman lelaki, seperti saat bermain di Liga Kompas Gramedia U-14 di mana ia sempat mencetak gol dari titik penalti.
Meski menjadi satu-satunya perempuan, tak membuat nyali Zahra ciut. Terbukti ia berhasil menoreh prestasi membanggakan dengan berangkat ke Norwegia untuk mengikuti Norway Cup. Saat usia Zahra baru menginjak 12 tahun. Satu hal menarik adalah Zahra adalah satu-satunya peserta wanita yang berangkat bersama tim SSB ASIOP Apacinti. Melihat semua kawan-kawan pesepak bolanya adalah laki-laki, Zahra awalnya sempat minder, namun berkat dukungan keluarganya Zahra berhasil bisa menjadi pemain sepak bola wanita yang hebat dan terkenal.
Kini sudah genap delapan tahun Zahra menekuni latihan sepak bola dan mengikuti berbagai turnamen baik dengan laki-laki maupun perempuan, ambisi Zahra berikutnya yakni berkarir sebagai pemain sepak bola profesional.