1. Hanya Membahas Seputar Organ Reproduksi
Bisa diakui, kurikulum pendidikan Indonesia belum memiliki materi atau pembahasan khusus seputar seksualitas. Biasanya, ulasan mengenai seks diselipkan pada mata pelajaran IPA atau Biologi lebih tepatnya. Bab reproduksi dianggap sudah mewakili pengajaran mengenai seks pada anak-anak. Padahal, yang dibahas pada bab ini hanyalah organ reproduksi dan fungsi-fungsinya. Di sisi lain, ada banyak sekali topik dan pembahasan yang tidak diulas seperti perilaku seksual, tindakan-tindakan, serta etika dan aspek kesehatannya.
2. Hanya Dibahas Pada Ruang Kelas
Selain itu, pembahasan ini hanya dibicarakan dalam lingkup kelas formal dan tidak pernah diulas kembali pada momen informal. Hal ini mengentalkan kesan tabu dari pembahasan seks tersendiri. Padahal, tidak bisa dipungkiri, anak-anak, khususnya yang sedang berada pada usia puber, memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi mengenai seksualitas. Itulah sebabnya mereka membutuhkan arahan dan konsultasi yang tepat. Jangan sampai mereka mencari informasi dari sumber yang tidak jelas arahan dan isinya.
3. Hanya Dilakukan Satu Atau Dua Pertemuan
Pendidikan seks memiliki lingkup yang sangat luas dengan banyaknya aspek dan konteks penting yang perlu dibahas. Kalau kamu ingat-ingat lagi masa sekolah dulu, berapa kali pertemuan di kelas yang dikhususkan untuk membahas pendidikan seks? Pasti hanya sekitar satu atau dua kali pertemuan. Tidak heran jika dewasa masa sekarang banyak yang tidak paham mengenai konsep penyakit menular seksual, cara penggunaan alat kontrasepsi, tata cara mengonsumsi pil pencegah kehamilan, serta program keluarga berencana yang sebenarnya adalah bagian dari program pemerintah.
4. Laki-laki Tidak Ditanamkan Nilai Mengendalikan Diri
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pendidikan seks pada akhirnya akan membahas mengenai etika, serta nilai dan norma. Sayangnya, pendidikan seks di sekolah masih belum menyentuh hal tersebut. Guru lebih mengatakan bahwa dorongan seksual adalah hal yang normal sehingga masyarakat lebih memaklumi nafsu laki-laki yang tinggi adalah wajar. Padahal, mengajarkan mengendalikan dan mengontrol keinginan seksual sangatlah penting untuk mencegah adanya tindakan pelecehan saat mereka dewasa kelak. Untuk itu, ajarkan anak untuk dapat mengendalikan keinginan, emosi, dan katakan bahwa keinginan seksual juga dapat dikendalikan oleh dirinya sendiri.
5. Perempuan Yang Harus Selalu Menutup Diri
Selain itu, anak perempuan yang lebih diarahkan menutup diri menjadi lebih pemalu dan asing untuk membicarakan seks. Mereka pun diajarkan bahwa laki-laki wajar memiliki dorongan seksual yang tinggi sehingga saat hal yang tidak diinginkan terjadi, anak perempuan yang disalahkan. Anak perempuan lebih diarahkan untuk menjaga diri dengan tidak menggunakan pakaian terbuka dan tidak berpergian sendiri. Hal ini sebenarnya baik untuk mengajarkan cara menjaga diri. Akan tetapi, mengingat tidak adanya ajaran untuk mengendalikan diri bagi para murid laki-laki, tentu tidak adil bagi anak perempuan, bukan?
6. Tidak Membahas Topik Kekerasan Seksual
Dalam pendidikan seks sekolah masih kurang membahas topik kekerasan seksual. Padahal, para murid harusnya dapat memahami apa itu yang dimaksud dengan kekerasan seksual, bagaimana cara mencegah, bagaimana cara mengatasi, perilaku pelaku, apa yang harus dilakukan jika mengalami kekerasan seksual, dan bagaimana proses rehabilitasinya. Hal ini berdampak pada banyaknya korban kekerasan seksual yang lebih memilih untuk diam karena mereka tidak paham dengan hal-hal itu.
7. Saat Materi Disampaikan, Murid Laki-Laki dan Perempuan Tidak Dipisahkan
Terakhir, hal ini mungkin dianggap sepele, tetapi penjelasan mengenai seks laki-laki dan perempuan tentu berbeda. Pendidikan seks di sekolah lebih menjelaskan seks secara umum sehingga tidak memisahkan antara murid laki-laki dan perempuan. Padahal, jika dipisahkan, pembahasan dapat lebih spesifik tergantung pada jenis kelamin para murid. Selain itu, kelas yang tidak dipisahkan juga menyebabkan murid menjadi malu dan tidak enggan untuk bercerita dan bertanya lebih dalam.
Nah, itulah tujuh kesalahan yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan seks di sekolah. Mommy pasti dapat mengingat bagaimana pendidikan ini diterapkan saat masih sekolah dulu. Untuk itu, penting bagi kamu untuk melengkapi apa yang sekiranya kurang diajarkan di sekolah dan membangun komunikasi yang baik dengan si kecil.