Padahal selain seru, deretan permainan tersebut bagus untuk mengasah otak dan fisik, terutama bagi anak-anak. Berikut ini adalah daftar permainan tradisional Indonesia yang sudah jarang dimainkan dan nyaris terlupakan. Kira-kira moms masih ingat nggak ya?
Permainan Tradisional Sunda Oray-Orayan
Memainkan Oray-orayan cukup mudah. Hanya butuh sebidang tanah luas dan peserta membentuk barisan mirip 'oray' atau ular. Mereka yang berada di barisan depan dianggap sebagai kepala, sementara barisan tengah dan belakang adalah tubuh dan ekor.
Barisan berbentuk oray lantas berjalan sembari menyanyikan lagu tradisional. Begitu lagu selesai, bagian kepala akan berusaha menangkap bagian ekor. Sang Ekor akan mengatur strategi agar tak mudah dimakan.
Permainan akan semakin seru karena bagian tubuh ular tidak boleh putus. Hal ini membuat peserta bagian tengah harus ikut meliuk-liuk, mengikuti kejar-kejaran antara kepala dan ekor.
Permainan Tradisional Sunda Manda
Dalam permainan ini peserta harus melompat menggunakan satu kaki di petak-petak yang sebelumnya digambar di tanah. Masing-masing membawa gacuk atau kreweng berupa pecahan genting.
Sebelum melompat, gacuk harus dilempar ke bidang permainan. Petak tempat gacuk jatuh kemudian tidak boleh diinjak.
Pemain yang sudah menyelesaikan satu putaran boleh memilih satu petak sebagai 'sawah'. Mereka boleh menjejakkan dua kaki di petak tersebut. Pemenang akan ditentukan berdasarkan pemain yang memiliki 'sawah' paling banyak.
Permainan ini konon berasal dari Belanda dan aslinya bernama zondag-maandag. Dari segi peraturan, mirip dengan hopscotch, permainan dari Britania Raya yang disebut-sebut sudah ada sejak Zaman Kekaisaran Romawi.
Permainan Tradisional Galasin
Permainan ini dimainkan dengan dua tim, masing-masing terdiri dari 3-5 orang. Di sini peserta harus berusaha keras menghalangi lawan lolos melewati garis akhir secara bolak-balik. Sebuah tim dikatakan menang jika semua anggotanya telah melakukan proses tersebut.
Masing-masing anggota tim akan diberi tugas sendiri-sendiri. Ada yang menjaga baris horisontal, ada juga yang berjaga di baris vertikal.
Bidang permainan yang digunakan biasanya berbentuk persegi dan dibagi menjadi enam bagian. Garis batas di tiap bagian akan diberi tanda menggunakan kapur.
Galasin sudah tersebar ke semua penjuru Nusantara, meski dikenal dengan istilah berbeda-beda. Di Jawa Tengah permainan ini disebut Gobak Sodor. Sementara di Kepulauan Natuna dan Riau disebut Galah. Istilah lainnya meliputi cak bur/main belon (Riau daratan), galah asin (Jawa Barat), asing (Makassar), dan Margala (Batak Toba).
Permainan Tradisional Gatrik
Permainan asal Jawa Barat ini dikenal dalam banyak istilah, seperti kadal, patil lele, hingga benthik. Sempat populer beberapa dekade silam, Gatrik biasanya dimainkan anak-anak secara berkelompok. Masing-masing beranggotakan 2-4 orang.
Alat yang dibutuhkan cukup sederhana. Selain batu bata, harus disiapkan juga dua potongan bambu. Masing-masing berukuran 10 dan 30 cm.
Dua kelompok lantas dibagi menjadi pemukul dan penangkap. Berikutnya, potongan bambu kecil diletakkan di antara dua batu dan dipukul menggunakan tongkat bambu. Selanjutnya bambu kecil akan dipukul sejauh mungkin.
Pemukul akan terus berusaha hingga pukulannya tidak meleset dari bambu kecil. Setelah gagal, gilirannya akan diteruskan anggota lain.
Tim yang kalah harus menggendong tim yang menang sejauh jarak bambu kecil dengan batu awal permainan. Tentu saja semakin jauh, tim yang menang akan semakin diuntungkan karena lebih lama digendong.
Permainan Tradisional Egrang
Sama seperti permainan tradisional lain, Egrang juga dikenal dengan banyak nama. Warga Bengkulu mengenalnya sebagai Ingkau, sementara di Sumatra Barat permainan ini disebut Tengkak-tengkak.
Istilah lain untuk menyebut egrang meliputi Jangkungan (Jawa tengah), Batungkau (Kalimantan Selatan), Tilako (Sulawesi Tengah), dan Marjalengkat (Batak Toba).
Egrang hanya bisa dimainkan menggunakan galah atau tongkat sebagai pijakan. Nantinya para pemain bakal bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Tak hanya namanya, cara memainkan egrang pun bermacam-macam. Jika di Jawa egrang dimainkan dengan berjalan kaki, di Sulawesi Tengah permainan ini justru dijadikan balapan. Pesertanya bahkan diperbolehkan menjatuhkan lawan dengan memukul kaki egrang.
Lain lagi dengan di daerah Batak Toba. Egrang digunakan sebagai alat penguji ketangkasan. Kaki peserta sama sekali tak boleh menyentuh tanah dan mereka akan diberi tantangan sulit, seperti berlari melewati badan jalan atau melintasi sungai.
Itulah sederet permainan tradisional yang nyaris punah. Menarik bukan? Sungguh sayang rasanya jika tradisi positif seperti ini harus hilang begitu saja ditelan perkembangan zaman.